A. BIOGRAFI
Para pengunjung yang saya sayangi, teringat saya dengan sebuah pribahasa yang sangat sederhana namun sangat memberi arti dalam kehidupan kita. Maka sepertinya saya sangat menyetujui pribahasa tersebut, yaitu "Tak Kenal Maka Tak Sayang, Tak Sayang Maka Tak Cinta".
Nah, pribahasa ini yang menggugah keinginan saya untuk memperkenalkan nama saya kepada para pengunjung sekalian.
Nama saya Arafizal, tapi orang-orang yang mengenal saya kerap kali memanggil saya dengan panggilan Rafi, tapi kadang-kadang ada juga teman yang suka ganggu dan dia panggil saya jol, tapi sama sekali aku tidak menyukai panggilan itu. Jadi para pengunjung kalau mau panggil saya dengan panggilan Rafi aja yach :)
Mengenai nama saya, sebenarnya pertamanya nama saya itu bukan Arafizal, tapi Fahrizal, tapi karena dulunya saya sewaktu kecil sering sakit yang sakit itu sangat membuat orang-orang pada panik, jadi nama saya diganti dengan Fahrizal. Ya dasarnya sich berdasarkan pendapat para tetua dahulu juga, biasalah para tetua dahulu masih sangat kental mitosnya. Mereka mengatakan bahwa kalau seorang anak yang sewaktu kecil dan sering sakit parah, maka itu ada pengaruhnya dengan nama anak tersebut, tandanya anak tersebut tidak sesuai dengan nama yang diberikan. Ada yang bilang terlalu berat kali lah buat dia, tapi sebenarnya sih saya kurang yakin aja dengan kata-kata itu, tapi ngak munggkin kan saya protes, karena saya belum tau apa-apa.Tapi setelah difikir-fikir nama yang ini juga sudah bagus banget kok, dan saya suka dengan nama itu.
Dan saya dilahirkan di sebuah kampung yang sangat terpencil dan sangat jauh dari jangkauan orang banyak, dan desa itu diberi nama Air hitam, karena di desa itu ada sebuah anak sungai yang warna airnya hitam, jadi berdasarkan itulah dipanggil dengan air hitam. Tapi orang yang mengenal kampung itu biasanya memanggilnya dengan Ulak Kembahang, karena di sungai kampung itu juga banyak sekali terdapat ulak atau lubuk yang sangat berbahaya, maka dipanggillah dengan Ulak Kembahang.
Di desa itulah saya dilahirkan dan dibesarkan, tapi tidak selamanya saya besar di desa itu, karena saya mulai tamat Sekolah Dasar (SD), saya mulai pergi meninggalkan kampung saya untuk belajar di sebuah kampung yang terkenal dengan ukhwah islamiyah dan keramatnya yang menjadi kunjungan orang setiap tahunnya yaitu kampung Besilam-Babussalam. Dan ketika itu saya hanya 2 kali setahun pulang kampung, dan liburnya pun cma 1 bulan, jadi lebih lama saya besar di kampung itu, setelah tamat SD.
B. PENDIDIKAN DAN PEKERJAN
Ketika aku masih duduk di bangku SD, dan sangat ini mempunyai
mobil-mobilan baru yang dijual di pasar. Tapi karena aku sangat suka, yang ayah
saya ketika itu sedang ngumpul dan ngobrol dengan teman-temannya, dan saya coba
hampiri
B. PENDIDIKAN DAN PEKERJAN
Sekolah
Dasar : Sekolah Dasar Negeri 007 Air Hitam Kec. Pujud, kab. Rokan Hilir
Provinsi Riau
Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama : MTs Swasta Taajussalaam Besilam-Babussalam,
Kec. Padang Tualang, Kab. Langkat Provinsi Sumatera Utara
Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas : Madrasah Aliyah Swasta Taajussalaam Besilam-Babussalam,
Kec. Padang Tualang, Kab. Langkat Provinsi Sumatera Utara
Perguruan
Tinggi :Universitas Setia Budi Mandiri Stabat Sumatera Utara Jurusan Manajemen Perusahaan
C. PENGALAMA
1. Mencari Cinta Sejati
Sering
kali aku mendengar kalau cinta sejati itu sangat susah untuk didapat, tidak
sembarang orang bisa mendapatkannya, karena memperoleh cinta sejati itu
dibutuhkan pengorbanan dan kesabaran yang kuat. Apakah kisah ku ini merupakan
langkah untuk memperoleh cinta sejati, aku bisa menemukan dirinya bagaikan
memperoleh kebahagiaan yang besar dalam hidup ku, damai bila aku di sampingnya,
walau kadang susah untuk diajak cerita, tapi gundah rasanya hati ini bila dia
tiada. Jurur pertama kali aku melihat dia, yang diawali dengan ujung jari di
Obrolah facebook, aku sangat merasakan kebahagiaan dengannya, rasanya dia lah
cinta sejatiku. Aku sangat sayang dia, dan aku ingin didik dia dengan baik,
karena aku tidak mau di tersakiti. Tapi untuk sementara dia belum bia terima
aku, karena dia dah terlanjut aku sakiti, hanya gara-gara cewek yang tidak aku
cintai, aku rela meninggalkan dia, aku sadar kalau ini semua salahku, dan aku
juga bisa terima ini sebagai akibat dari kecerobohanku. Tapi aku tidak pernah
menyerah tuk mendapatkan cinta dan kasih sayang darinya, seraya berdoa kepada
Allah. Ternyata Allah mendengar permintaan ku dan melihat keluhanku pada-Nya,
hingga Ia mempertemukan dan mempersatukan kami berdua.
Tapi
aku juga sadar, bahwa dalam hubungan itu selalu ada komplin dan kesalahfahaman,
karna hidup ini gak semua orang yang senang denga kita, ada orang yang dia
selalu berusaha buat kita tuk tetap bahagia, tapi kadang ada juga orang yang
inginnya selalu buat kita kacau dan tidak menentu. Dan sikap seperti ini lah
yang paling aku takuti, karena dah enggak sekali aku mengalaminya. Bahkan
wanita yang selama ini aku sayangi, pernah aku putusi hanya gara kesalah
fahaman, tetapi itu semua penyebabnya orang lain, orang yang tidak senang
dengan hubungan ku dengan dia, kenapa harus ada seperti itu. Aku telah berbuat
salah padanya, aku putusin dan marahin dia, hanya gara pesan dinding yang
dikrim teman aku ke kronologiku, tapi udah lh semua juga udah berlalu.
Abang
minta maaf ya sayank, abang gak ada maksud buat kamu sakit hati, yakin lah
kalau abang hanya mencintai kamu tuk menjadikan sebagai pendamping hidup abang.
Ya
Tuhan jaga selalu hubungan kami, agar tidak terjadi kesalah fahama antara kami,
dan kalau pun terjadi, bimbinglah kami dalam menghadapi masalah itu, karena aku
sayang dia dan ngak mau kehilangan dia dalam hidup ku. Buat nisa yang ku
sayang, jangan selalu hatimu meski jauh dari ku, aku pasti kan buat yang
terbaik untuk mu.
MISS
YOU "CHAIRUN NISA"
2. Pengalaman di Niha'i
Ketika aku duduk di bangku Niha'i (kelas akhir) di Pondok Pesantren
Modern Taajussalaam, aku merasa beratnya beban yang harus aku pikul, selain
beban mental, tenaga juga sangat merasa terkuras, karena kami anggota Niha'i
punya istilah bahwa kelas Niha'i itulah kelas yang mana kami harus
habis-habisan dalam berbuat, baik itu dalam belajar dan bekerja.
Di kelas Niha'i kami memili seuntai program yang harus kami
jalankan dan harus disukseskan, dan aku rasa itulah saatnya kami harus bekerja
dan berusaha segiat mungkin untuk menjadi yang terbaik, karena di situ ada
beberapa program yang menuntut kami untuk serius dalam menjalankannya, salah
satunya menyusun makalah, yang nantinya harus kami pertanggung jawabkan
kebenarannya, kemudian Panggung Gembira, yang mana di situlah kami akan
menunjukkan yang terbaik buat pesantren, itulah pertunjukan yang terakhir kami
di Pondok Pesantren itu, karena acaranya itu juga terjadwal di penghujung
program.
Tapi memang sulit untuk mensukseskan acara itu, mulanya kami tidak
berfikir untuk menjadikan Panggung Gembira itu sebagaimana yang telah
terlaksana, kami hanya memiliki niat dan dana yang serba terbatas, dan ketika
kami mengajukan rancangan acara pada Pembimbing kami, sungguh mereka sangat
terkejut dan panik untuk mencari dana yang sebesar itu, kami sangat merasa
kasihan kepada mereka, kami sudah banyak waktu yang mereka luangkan kepada
kami, tidak hanya tenaga tetapi bahkan masa depan mereka juga terganggu karena
kami. Tapi karena keinginan kami yang sangat kuat untuk acara itu, maka kami
selalu meminta agar acara itu bisa terjadi.
Apalagi kalau kami sudah dikumpulkan untuk membicarakan masalah
dana, mereka sangat tertekan karena itu tidak mudah untuk mencarinya. Tapi kami
tetap memberi harapan kepada mereka, kami hanya bisa yakin dengan niat kami
yang baik, dana itu bisa kami dapatkan dengan cara apa pun tanpa menghalalkan
semua cara. Sementara uang yang masih terkumpul dengan kami hanya sekian
persen, dan kami rasa tidak akan pernah bisa untuk membuat acara yang sebesar
itu. Karena jujur, pada masa kami lah acara bisa kami buat sebesar itu,
sehingga Pondok pun merasa wah dengan acara itu.
Dan jalan mencari dana itu pun berbagai cara telah kami
lakukan, mulai dari meminta sumbangan kepada Dewan Guru, juga meminta sumbangan
kepada adik-adik kelas, demi tercapainya apa yang telah kami niatkan. Sampai
akhirnya Pembimbing kami memberi usulan untuk berjualan di HUL Tuang Guru
Babussalam, dan itu kami lakukan. Maka kami pun berpencar lah, ada yang jaga di
STAN Niha'i ada juga yang membantu guru jual nasi, ada juga yang bantu guru
jual baju, tapi kami tidak merasa malu dengan pekerjaan itu, karena pada
awalnya kami juga berniat untuk mencari dana untuk itu.
Sehingga kami memperoleh uang Rp. 100.000 per orang, tapi
uang itu sedikit pun tidak ada kami masukkan ke kantong kami, kami hanya
limpahkan untuk acara itu. Tapi memang memang ujian datang kepada kami. Uang
yang kami peroleh dari STAN NIha'i sebesar lebih kurang Rp. 700.000, tetapi
karena kelalaian kami, maka uang itu pun hilang tanpa tau ke mana perginya
sebesar lebih kurang Rp. 250.000. Karena kami sangat membutuhkan uang itu, kami
coba bongkar kasus kehilangan itu bersama pembimbing kami, tapi al hasil tidak
ada yang mengakui, yah tidak bisa lagi berbuat apa yang hanya bisa
mengikhlaskan uang itu hilang. Tinggal lah kami dapat capeknya jaga malam tanpa
ada hasilnya. Kalau kami anggota saja yang jaga itu tidak masalah, tapi yang
menyedihkan lagi Pembimbing kami juga ikut jaga sampai-sampai jam 2 malam,
sampai akhirnya beliau sangat kurang istirahat yang menyebabkan datang sakit
kepada beliau. Kami hanya bisa ucapkan minta maaf kepada beliau, karena kami
tidak bisa jaga uang itu dengan baik sebagaimana mestinya.
Sampai segitunya lah usaha kami dalam mensukseskan acara itu.
Sampai-sampai kami buat motto acara itu "Di mana ada kemauan di situ ada
jalan", kami kami tau Allah pasti akan membantu hanya-Nya selagi masih mau
berusaha dan berdo'a.
Inilah pengalaman saya dengan teman-teman dalam menjalankan program
ini. Kadang kami juga sering buat pembimbing kami jadi menangis karena ulah
kami yang jahil, kadang tidak menuruti peraturan yang telah dibuatnya. Tapi
karena mereka punya hati yang tulus akhirnya sampailah kami kepada titik
terakhir kami di Pesantren itu, hingga akhirnya kami diwisudakan. Alhamdulillah
Terima kasih kepada Pembimbing kami yang telah sudi membimbing kami
dalam program ini, semoga amal baik mereka diterima oleh Allah, dan diberi
ganjaran yang setimpal. Amiin ya rabbal alamin.
3. Mobil-Mobilan Baru
Ketika aku masih duduk di bangku SD, dan sangat ini mempunyai
mobil-mobilan baru yang dijual di pasar. Tapi karena aku sangat suka, yang ayah
saya ketika itu sedang ngumpul dan ngobrol dengan teman-temannya, dan saya coba
hampiri
“Yah,, belikan aku tolong mobil-mobilan yang dijual Pak Samsuar
itu”.
“Nanti aja, nanti kita sama-sama belinya, sekarang ayah masih
ngobrol sama teman-teman ayah, dan kalau ayah kasih uang takutnya hilang” kata
ayah.
“tapi aku mau sekarang yah” lanjutku.
“Nanti aja” kata ayah.
Tapi karena aku tidak sabar lagi, terus minta dan minta akhirnya
ayah berikan aku uang Rp. 50.000 untuk beli mobil-mobilan itu. Dengan senang
hati aku terima uang itu, dan langsung pergi dengan riang ke tempat
teman-temanku lagi ngumpul. Dengan senang hati aku ceritakan sama teman-teman
kalau aku mau mobil-mobilan baru dan uangnya sudah dikasih sama ayahku. Maka
teman-teman yang selalu hadir bersamaku, yang selalu ada ketika aku bermain
ikut bersamaku ke tempat Pak Samsuar penjual mobil-mobilan itu. Dengan riang
aku bolak-balik mobil-mobilan itu, ingin mencari mobil-mobilan yang sangat aku
inginkan, tapi karena belum saatnya aku punya mobil-mobilan baru, mainan yang
berada di tanganku akhirnya harus aku lepaskan, karena uang yang aku letak
dalam kantong celanaku hilang dan tidak tau ke mana. Maka ketika itu, aku
sangat kecewa dan menangis lalu menceritakan semuanya kepada ayah.
“Duit yang ayah kasih tadi dah hilang, ngak tau ke mana”
lanjutku.“Kan dah ayah bilang kalau nanti aja sama-sama belinya, tapi kamu degil
ngak mau dengarin omongan ayah, apa jadinya coba… hilangkan duitnya” lanjut
ayah seraya tersenyum dan sepertinya kecewa padaku.
“Ya udah ini uangnya ayah ganti” kata ayah sambil mengulurkan
tangan yang berisi uang berwarna biru.
Aku pun tersenyum sambil mengambil uang itu, dan mulut ini bergerak
sambil mengucapkan terima kasih ke ayah yang sangat sayang sama aku.
Ketika untuk yang kedua kalinya aku pergi bersama teman-teman ke
lokasi Pak Samsuar berjualan.
Singkat cerita, hal yang sama terjadi lagi sama aku. Uang yang aku
terima dari tangan ayah tadi hilang lagi dan akhirnya aku tidak berhasil untuk
membawa mobil-mobilan itu pulang ke rumahku. Untuk ketiga kalinya aku hampiri
ayah dan kembali menceritakan hal yang sama sama ayah, dan ayahpun kasih aku uang
gantinya karena ayah sayang sama aku.
Tapi memang mobil-mobilan itu bukan milikku dan tidak ada hak aku
untuk membawanya pulang ke rumah, karena uang yang dikasih ayah tadi hilang
lagi. Akhirnya aku tidak berani untuk menghampiri ayah, karena malu dan takut
dimarahi sama ayah, akhirnya pasarpun tutup dan kamipun pulang ke rumah. Sambil
duduk-duduk dengan keluarga dan menyantap hidangan yang telah disediakan Ibu.
Kami asyik-asyik, tiba-tiba ayah menanyakan kepadaku,
“mana mobil-mobilan yang dibeli di pasar tadi, ayah mau lihat
cantik ngak …. ? “ tanya ayah.
Mendengar pertanyaan itu, rasanya mulut ini diikat dengan batu yang
besar dan berat dan muka ini bagaikan dicat merah karena takut bercampur malu
untuk menjawab pertanyaan Ayah. Dengan rasa malu dan sedih karea duit Ayah
sudah banyak habis gara-gara aku, akhirnya aku menjawab
“Uang yang ayah kasih lagi hilang lagi, jadi Rafi ngak jadi beli
mobil-mobilan baru”
Mendengar jawaban aku, Ayah langsung diam sejenak sambil menatapkan
matanya ke aku dan berkata “ Makanya nak, kalau Ayah bilang nanti, ya nanti,
bukannya Ayah ngak mau beliin tapi ayah takut Rafi tau belinya dan ayah takut
uang yang Ayah kasih itu hilang, akhirnya apa… ?? Rafi sendiri yang rugi ngak
bisa beli mobil-mobilan baru”
Dengan kepala menunduk dan terangguk-angguk aku menjawab “iya yah,
Rafi salah, Rafi ngak mau dengar kata-kata Ayah”
“Lain kali dengar kata orang tua nak, jangan membantah “ lanjut
ayah.
“Iya ayah, Rafi minta maaf”
Akhirnya aku tidak berani lagi untuk minta belikan mobil-mobilan
baru sama ayah, walaupun mainan itu sangat aku sukai karena aku malu dan takut
ayah marah padaku.
Bagi pembaca yang budiman,,
Jangan sekali-kali pernah bantah kata-kata orang tua, karena itu
akan mengundang murkanya orang tua. Kalau orang tua sudah murka Allah kan ikut
murka terhadap kita. Akhirnya apa,,, ngak ada hasilnya. Cukup aku yang
mengalami nasib ini, aku tidak mau para pembaca ikut merasakan hal sedih
seperti ini, sakit lho kalau tidak bisa menggenggam apa-apa yang kita inginkan



0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentar Anda demi kelangsungan Blog ini !